Ilmuwan Singapura di Garda Terdepan Melawan Covid-19 (2)

Berita Asli : Coronavirus: Singapore scientists on the front lines of fight against Covid-19 – Straits Time

Alih Bahasa oleh Reza Ervani (reza@rumahilmu.or.id)

Prof. Ying mengatakan dia dan tim ilmuwannya telah bekerja tanpa lelah sekitar enam minggu untuk menghasilkan pengujian yang lebih cepat, setelah Chief Executive A *Star Frederick Chew memberikannya tantangan untuk menghasilkan rapid test Covid-19

Baru-baru ini, A *Star telah mengembangkan perangkat tes PCR untuk digunakan di Singapura dan negara lain, dan juga telah menyerahkan hak kepada MirXES yang dapat memproduksinya secara massal.

Firma Biotek Singapura lainnya, Veredus Laboratories telah pula mengembangkan perangkat tes PCR 3 jam yang dapat digunakan pada titik-titik pemeriksaan di Singapura.

Associate Professor Hsu Li Yang, pimpinan program penyakit menular di  National University of Singapore’s Saw Swee Hock School of Public Health, mengatakan bahwa ada banyak perangkat diagnostik dan pengujian yang dikembangkan di China dan Amerika Serikat, sebagaimana pula dikembangkan oleh perusaahaan Singapura seperti MiRXES dan Veredus Laboratories. Dan menurutnya hanya masalah waktu sebelum peralatan yang ada itu tersedia di negara-negara lain.

Firma Amerika Serikat Cepheid telah menerima autorisasi darurat dari US Food and Drug Administration untuk rapid molecular test milik mereka, yang dapat digunakan di titik-titik pelayanan pasien dan memberikan laporan pemeriksaan dalam selang waktu 45 menit. Peralatan ini juga sudah tersedia di rumah-rumah sakit di Singapura.

Tipe pengujian yang lain untuk menemukan Covid-19 pada pasien adalah pengujian sero-logical. Pengujian ini mengamati immunoglobins yang merupakan antibodi yang dibuat oleh sistem imun untuk melawan virus dalam darah pasien.

Antibodi ini membutuhkan waktu beberapa hari untuk bisa nampak, dan tidak akan nampak pada masa-masa awal penyakit. Karena itu tes darah tidak akan mendeteksi Covid19 jika seseorang baru saja terinfeksi.

Duke-NUS Medical School adalah yang pertama kali di dunia mengembangkan tes serologis yang berhasil mengenali dua orang yang menjadi sumber penyebaran di Singapura.

Kedua orang tersebut hanya menunjukkan gejala yang ringan, tidak dirawat dan kemudian berhasil pulih, tetapi didapati mereka memiliki antibodi untuk melawan coronavirus

Dikarenakan tes serologis dapat mengambil pasien-pasien dengan gejala ringan, maka tes tersebut dapat dilakukan untuk memastikan tingkat penyebaran di suatu masyarakat, juga mengetahui penyebaran gejala.

Meskipun demikian, tes tersebut membutuhkan beberapa jam untuk menunjukkan hasilnya. Perangkat tes yang cepat dapat memecahkan masalah tersebut, tetapi adalah hal yang sangat penting adalah sensitivitas tes itu sendiri, demikian penjelasan Profesor Ying.

Bisa jadi ada kelemahan kecil penggunaan perangkat pengujian yang sangat cepat tetapi tidak dapat mendeteksi virus yang ada, atau lebih buruk menyatakan bahwa anda tidak sakit, padahal sebenarnya anda terinfeksi Covid-19

Yang terakhir ini dikenal dengan istilah negatif palsu, dan itu dapat terjadi – misalnya – saat sebuah perangkat pengujian tidak dapat mengenali virus pada orang yang hanya memiliki muatan virus yang sedikit.

Orang-orang yang terinfeksi Covid-19 diyakini memiliki sejumlah besar virus pada masa-masa awal sakit mereka (high viral load) dan kemudian berkurang.

Karena itu, yang terbaik adalah jika sebuah sistem pengujian cepat dapat mengenali pasien dalam beragam tingkatan penyakit, baik saat mereka mengandung virus yang banyak maupun sedikit, demikian penjelasan Prof. Ying.

Pada Sabtu, 21 Maret 2020, US Food and Drug Administration telah mulai mengenal beberapa perangkat pengujian palsu yang dipasarkan untuk menguji Covid-19 dirumah

Hasil klaim produk pengujian palsu ini akan menghalangi pasien untuk mencari perawatan dan menunda penanganan medis.

Prof Ying mengatakan,”Saat anda melakukan tes, anda mestilah tahu apa yang dites pada diri anda”

Sebuah pengujian RT-PCR dapat mendeteksi penyakit pada seseorang pada masa-masa awal penyakit, saat dia mengandung banyak virus dan karenanya menjadi sangat terinfeksi.

Di sisi lain, tes serologis dapat menemukan antibodi pada seseorang pada tahap berikutnya atau pada tahap pemulihan, saat dia mengandung sedikit virus atau tidak ada sama sekali, demikian lanjut penjelasan beliau.

“Krisis ini telah memaksa Singapura untuk mempelajari kembali apakah kami memiliki kemampuan untuk melakukan berbagai upaya yang dibutuhkan untuk melawan, dan kami pun melakukannya”, demikian kata beliau,”Kita dapat memanfaatkan sains dan kita dapat mengembangkan sistem pengujian kita sendiri”

(Akhir dari Dua bagian Artikel)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*