Grindr : Pengembang dari China Terbukti Memiliki Akses ke Data Sensitif Pengguna

BRAZIL - 2019/04/01: In this photo illustration a Grindr logo seen displayed on a smartphone. (Photo Illustration by Rafael Henrique/SOPA Images/LightRocket via Getty Images)

Grindr : Pengembang dari China Terbukti Memiliki Akses ke Data Sensitif Pengguna

Ketika pemerintah Amerika Serikat menekan pemilik Grindr untuk menjual aplikasi tersebut dengan alasan keamanan nasional, saat itu berbagai kritik ditujukan kepada kebijakan tersebut. Beberapa waktu terakhir ini hal yang melatar belakangi kebijakan tersebut menjadi lebih jelas.

Sumber Reuter menyebutkan bahwa Beijing Kunlun – perusahaan pengembang aplikasi tersebut – telah memberikan akses selama beberapa bulan kepada para teknisi di Beijing ke database aplikasi, dan ini menjadi hal yang harus diperhatikan serius. Meskipun belum ada bukti bahwa perusahaan tersebut menyelewengkan penggunaan data tersebut, banyak pihak meyakini bahwa Komite Investasi Luar Negeri Amerika Serikat (CFIUS) khawatir bahwa pemerintah China dapat menyisir database tersebut untuk mendapatkan data personel militer dan intelijen Amerika Serikat

CFIUS kemudian memerintahkan Beijing Kunlun untuk membatasi akses ke database pada September lalu, demikian disampaikan sumber internal Reuter. Tim Grindr kemudian menyetujui hal itu dan melakukan pemisahan Grindr secara fungsional. Akan tetap pada bulan Februari lalu, perusahaan induknya memutuskan untuk menutup kantor mereka di Beijing terkait masalah kebijakan dan privasi. Upaya ini seakan sia-sia, karena dilaporkan kemudian bahwa pihak CFIUS meminta pihak Beijing Kunlun menjual Grindr pada bulan Maret lalu.

Aplikasi Grindr, yang tersedia semenjak tahun 2009, diklaim sebagai jejaring sosial terbesar untuk homoseksual, biseksual, transgender dan orang-orang dengan kelainan serupa lainnya. Menurut Reuter mereka memiliki sekitar 4,5 juta pengguna aktif, dan dikritisi karena memberikan data pengguna yang mengidap HIV kepada pihak ketiga. Kritik lain yang masif terkait proteksi data juga berkali-kali disampaikan.

Sebagian pihak menganggap bahwa kasus ini menunjukkan semakin ketatnya kebijakan pemerintah Amerika Serikat terkait izin akses kepada perusahaan-perusahaan China untuk mengakses informasi-informasi privat.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*