Trend Penggunaan Lisensi Copyleft Bergeser ?
Oleh : Matthew Aslett, (Analyst, Enterprise Software, The 451 Group)
Terjemah Bebas oleh Pengelola Blog http://tanyarezaervani.wordpress.com
the451group.Com – Ian Skerrett minggu lalu menunjukkan bahwa ada kecenderungan pertumbuhan dalam dukungan penggunaan lisensi non-copyleft yang bersifat permisif dalam hal biaya imbal balik bagi lisensi copyleft. Ian bertanya “Tunjukkan pada saya komunitas proyek open source yang populer dalam lima tahun terakhir yang menggunakan AGPL atau GPL ?”
Respon yang diterima tidaklah banyak dan cepat. Saya tentu saja tidak dapat memberikan satu contoh. Tetapi pertanyaan itu memberikan saya keinginan untuk mencari bukti terkini tentang kecenderungan yang terjadi pada lisensi copyleft.
Penggunaan Lisensi
Sumber pertama yang dapat dijadikan bukti seputar trend yang terkait dengan penggunaan lisensi open source adalah Black Duck’s Open Source Resource Center. Grafik terbaru menunjukkan bawah GPLv2 digunakan sekitar 45.33% pada proyek didalam Black Duck’s KnowledgeBase, sementara keseluruhan keluarga GPL secara kasar digunakan di sebanyak 61 % proyek.
Meskipun lisensi keluarga GPL dominan, tapi jika dibandingkan dengan gambar yang diperoleh pada Juni 2008, Juni 2009, dan beberapa penelitian CAOS dari bulan Maret 2010 mengindikasikan penurunan yang terlihat pada pengguanaan GPL, terutama GPLv2.
Berdasarkan grafik dari Black Duck, porsi proyek open source yang menggunakan lisensi yang termasuk keluarga GPL turun menjadi 61 % dari 70 % pada Juni 2008, sementara GPLv2 turun menjadi 45 % dari 58 % tiga tahun yang lalu.
Perlu dicatat bahwa jumlah proyek yang menggunakan lisensi GPL telah meningkat secara riil di beberapa tahun terakhir. Berdasarkan perhitungan kami yang didasarkan pada grafik Black Duck, jumlah proyek GPLv2 naik 5,5 % antara Juni 2009 dan Juni 2011, sementara jumlah total proyek open source naik diatas 16 %
Kita mungkin berharap melihat pertumbuhan yang lebih rendah pada penggunaan GPLv2 karena sudah ada versi GPL yang lebih baru. Tetapi meskipun jumlah proyek AGPLv3 dan GPLv3 masing-masing tumbuh 90 % dan 85 % selama dua tahun terakhir, mereka hanya mendorong pertumbuhan 29 % pada keseluruhan keluarga GPL (sementara pengadopsian A/L/GPLv3 tampak berjalan lambat)
Sebagai perbandingan jumlah proyek yang menggunakan lisensi Apache tumbuh 46 % selama dua tahun terakhir, sementara proyek dengan lisensi MIT tumbuh 152 %. Grafik Black Duck mengindikasi bahwa lisensi MIT menjadi yang paling tinggi pertumbuhannya, melompat dari 3,8 % pada semua proyek pada Juni 2009 menjadi 8,23 % saat ini, dan telah melewati Apache, BSD, GPLv3 dan LGPLv2.1.
Meskipun level pengadopsian lisensi copyleft masih tetap dominan, dan terus meningkat dalam hal jumlah proyek, tidak ada jaminan bahwa dia tidak akan terus menurun dalam hal “license share”
Formasi Vendor
Data Black Duck tidak hanya mengindikasikan bahwa anggapan pentingnya lisensi copyleft telah menurun di beberapa tahun terakhir. Riset yang dilakukan sebagai bagian dari Laporan Kendali dan Komunitas yang kami buat juga mengindikasikan penurunan jumlah dari vendor yang terlibat dengan lisensi copyleft yang kuat pada perangkat lunak.
Secara spesifik, kami mengevaluasi strategi terkait open source pada 300 vendor perangkat lunak dan anak perusahaannya, termasuk pemilihan lisensi, model pengembangan strategi copyright dan generator pendapatan.
Dengan memplot hasil dari analisa ini dibandingkan dengan tahun lalu dimana perusahaan yang didirikan (sebagai spesialis open source) atau mulai terlibat dengan open source (sebagai vendor komplemen), kami dapat memperoleh perspektif tentang perubahan popularitas pada strategi individual yang ada.
Dengan hasil terbaru pada akhir 2010, analisis kami kini mencakup 321 vendor dan menunjukkan bahwa 2010 adalah tahun pertama dimana lebih banyak perusahaan melakukan proyek dengan tanpa lisensi non-copyleft dibandingkan dengan lisensi copyleft yang kuat.
Formasi vendor perangkat lunak open source dengan lisensi copyleft yang kuat mencapai puncaknya pada 2006, setelah meningkat secara stabil antara 2007 dan 2006 – meskipun ada penurunan semenjak tahun 2007. Sebagai perbandingannya, formasi vendor perangkat lunak open source dengan lisensi non-copyleft meningkat secara stabil semenjak tahun 2002.
Hasil menjadi lebih menarik dalam bingkai pertanyaan Ian di atas jika kita memilah mereka berdasarkan model pengembangan yang ada. Memperhatikan proyek yang dilakukan oleh komunitas, kita menemukan ada lebih banyak perusahaan yang dibentuk dari proyek komunitas menggunakan lisensi non-copyleft dibandingkan dengan lisensi copyleft yang kuat semenjak tahun 2007.
Pada kenyataanya, lisensi copyleft yang kuat lebih populer bagi proyek yang dilakukan oleh vendor, tetapi disinipun juga tampak peningkatan penggunaan lisensi non-copyleft semenjak tahun 2010.
Grafik terakhir ini mengilustrasikan sesuatu yang signifikan tentang dominansi lisensi copyleft yang kuat sebelumnya, yang dicapai dan dimaintain pada tingkatan yang signifikan di proyek open source yang dilakukan oleh vendor, dibandingkan dengan yang dilakukan oleh komunitas.
Satu dari penemuan utama pada laporan Kendali dan Komunitas yang kami lakukan adalah terjadinya pergeseran yang terus menerus dari proyek yang awalnya dikendalikan oleh vendor tunggal kembali ke komunitas serta sistem kolaborasi. Berlawanan dengan yang diharapkan oleh beberapa orang akan peningkatan penggunaan lisensi copyleft yang kuat – dikarenakan mereka diasosiasikan dengan proyek pengembangan kolaboratif seperti GNU dan kernel Linux – grafik malah menunjukkan peningkatan penggunaan lisensi non copyleft.
Sebagaimana catatan yang diberikan sebelumnya, proyek perangkat lunak bebas dilakukan dengan lisensi copyleft yang kuat untuk menjamin bahwa perangkat lunak tersebut tetap terbuka (atau sebagaimana yang dinyatakan oleh Bradley M Kuhn, untuk menjaga para pengembang tetap “baik hati”), vendor yang menggunakan strategi lisensi open core memakai lisensi copyleft bersama-sama dengan copyright kepemilikan, untuk menjamin bahwa hanya mereka yang memiliki peluang untuk membuatnya menjadi sebuah proyek tertutup.
Selain itu, copyleft yang kuat digunakan dengan tujuan untuk mengendalikan kode dan proyek, dan analis kami memperkuat pernyataan Ian bahwa ada trend untuk mengendalikan lebih banyak dengan lisensi non-copyleft.
Inilah bagian yang kami sebut tingkat ke empat dari strategi bisnis open source komersial dan ia sedang didorong dengan peningkatan keterlibatan vendor yang sebelumnya menganut closed-source ke proyek-proyek open source.
Tingkat ke empat adalah terkait dengan penyeimbangan kemampuan untuk membuat turunan kode sumber tertutup melalui pengembangan kolaboratif pada proyek open source multivendor dan penggunaan lisensi permisif, dan karena itu mereka tidak hanya menghindari kebutuhan pengendalian proyek oleh orang lain melalui penerapan lisensi tertentu, tapi ia secara aktif menghambat pengendalian orang lain melalui penerapan lisensi tersebut.
Itulah mengapa, dalam pendapat saya, penurunan penggunaan lisensi copyleft baru saja dimulai.
* Metode tidaklah sempurna dikarenakan ia memplot lisensi yang digunakan saat ini dibandingkan dengan formasi tahun, dan tidak mencerminkan perubahan lisensi yang sementara. Metode ini juga tidak memberikan kita pandangan tentang trend historik secara umum.
Leave a Reply