Berita 62 : Satu dari Empat Hacker di Amerika Serikat adalah Informan FBI

Minimnya situs berita Open Source berbahasa Indonesia, membuat penulis tergerak untuk mencantumkan kolom berita di blog ini. Berita akan diambil dari berbagai sumber di Internet, diterjemahkan ke Bahasa Indonesia agar bisa menjangkau lebih banyak pihak. Seperti ruang tanya jawab yang mencapai 4 artikel baru setiap harinya, berita-berita juga insya Allah akan diupdate secara harian di blog ini. Berita-berita hanya akan dimuat di KATEGORI BERITA dan selalu dibuat menempel di bagian paling atas Blog ini. Semoga menjadi sumbangsih kecil bagi dunia Open Source di Indonesia. Selamat menikmati. Artikel asli Berbahasa Inggris dapat dilihat dengan mengklik pranala nama domain di tiap awal artikel.

Satu dari Empat Hacker di Amerika Serikat adalah Informan FBI

Guardian.Co.Uk – Dunia underground para hacker komputer di Amerika Serikat telah begitu jauh disusupi oleh FBI dan secret service yang kini sangat paranoid dan penuh dengan ketidak percayaan. Dengan perkiraan bahwa satu dari empat hacker secara diam-diam membocorkan informasi tentang rekan mereka, dibuatlah penyelidikan ini oleh Guardian.

Unit Cyber di kepolisian telah sukses memaksa para penjahat online bekerjasama dengan penyelidikan mereka melalui ancaman penjara jangka waktu lama. Dengan cara ini kepolisian membuat sepasukan informan yang masuk jauh ke dalam komunitas hacking.

Dalam beberapa kasus, forum-forum ilegal populer yang digunakan oleh para penjahat cyber sebagai tempat transaksi identitas dan nomor kartu kredit yang dicuri juga dijalankan oleh hacker yang bertindak sebagai informan FBI. Sementara di tempat lain, agen FBI yang menyamat sebagai “carders” – hacker yang memiliki spesialisasi pencurian ID – berupaya mengambil alih manajemen forum-forum kriminal, menggunakan intelijen yang dikumpulkan dari orang-orang yang ada di belakang forum tersebut.

Dengan menyebarnya jaringan informan FBI membuat Eric Corley, yang mempublikasikan majalah hacker empat bulanan, 2600, memperkirakan bahwa 25 % hacker di Amerika Serikan telah direkrut oleh otoritas Federal untuk menjadi telinga dan mata mereka. “Karena sanksi yang keras dan relatif kurangnya pengalaman menghadapi hukum membuat para hacker lebih mudah diintimidasi”, demikian yang dikatakan Corley kepada Guardian.

“Hal ini membuat hubungan menjadi tegang”, ujar John Young, yang menjalankan Cryptome, website yang menyimpan dokumen-dokumen rahasia yang ada di WikiLeaks. “Ada semakin banyak hacker yang melayani pembelanjaan oleh orang-orang yang mereka pikir bisa mereka percayai”

Contoh yang terkenal untuk fenomena ini adalah Adrian Lamo, hacker terhukum yang beralih menjadi informan untuk Bradley Manning yang dicurigai membocorkan dokumen-dokumen rahasia ke WikiLeaks. Manning melakukan sebuah diskusi panjang lewat instant messaging dengan Lamo, yang ia percaya dan meminta nasehatnya. Lamo kemudian mengkhianati kepercayaan itu dengan menyerahkan spesialis intelijen tersebut kepada otoritas Militer. Manning kini telah dipenjara lebih dari satu tahun lamanya.

Karena beraksi seperti apa yang ia lakukan, Lamo dijuluki sebagai Yudas dan menjadi “Orang di yang Paling Dibenci oleh Hacker”, meskipun ia bersikeras mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut karena kepedulian kepada orang-orang yang mungkin tersakiti atau bahkan dibunuh dengan adanya publikasi WikiLeaks.

“Jelas itu hal yang buruk baginya, tetapi juga bukanlah hal yang menyenangkan bagi saya”, kata Lamo. “Ia mengikuti nuraninya, begitu juga saya mengikuti nurani saya”
Tantangan terkini bagi FBI terkait pelanggaran domestik adalah memecahkan kasus kerjasama anarkis para “hacktivist” yang telah melakukan beberapa serangan cyber profil penting dalam beberapa bulan terakhir. Dalam kasus yang terbaru sebuah kelompok yang menamakan dirinya Lulz Security meluncurkan suatu serangan nekat pada organisasi milik FBI InfraGard. Serangan yang dilakukan secara terang-terangan kepada lembaga tersebut dikatakan sebagai jawaban atas berita yang mengatakan bahwa Pentagon siap mendeklarasikan perang terhadap serangan cyber dari luar.
Lulz Security memberikan sokongan pada group hacktivist Anonymous yang melancarkan serangan pada beberapa perusahaan termasuk Visa dan MasterCard sebagai protes atas keputusan mereka memblokir dana donasi ke WikiLeaks. Jika Lulz Security yang menjadi kasus terbaru ini belumlah ditangani oleh FBI, Anonymous sendiri saat ini sudah berada dibahwa tekanan FBI.  Sudah ada penggerebekan di 40 alamat di Amerika Serikat dan 5 alamat di Inggris pada Januari dan hakim utama telah mendengarkan bukti-bukti yang dapat memberatkan kelompok yang berpusat di California tersebut pada tuntutan Federal.
Kevin Poulsen, editor senior majalah Wired, percaya bahwa kolektifitas adalah kerentanan klasik yang gampang disusupi dan diserang. “Kami sudah mulai melihat para anggota Anonymous menyerang satu sama lain dan menunjukkan alamat IP masing-masing. Ini adalah langkah awal mereka bisa ditemukan oleh FBI”
Barret Brown, yang bertindak sebagai juru bicara bagi pihak Anonymous, mengatakan bahwa mereka sepenuhnya sadar akan kepentingan FBI. “FBI selalu ada, mereka selalu mengawasi, selalu ada di ruang chatting. Anda tidak tahu siapa yang merupakan informan dan siapa yang bukan, dan itu adalah sebuah kerentanan bagi diri anda”
Terjemah Bebas oleh Pengelola Blog http://tanyarezaervani.wordpress.com

Leave a Reply to herowarna Cancel reply

Your email address will not be published.


*