Open Source untuk Pendidikan : Belajar dari Program One Laptop Per Child

Open Source untuk Pendidikan : Belajar dari Program One Laptop Per Child

Diterjemahkan dari : Windows 7 netbooks in NSW schools ?

Oleh : Sridhar Dhanapalan.

(Salah satu penggerak Program One Laptop per Child)

Saya ditanya oleh wartawan tentang komentar saya akan keputusan pemerintah NSW (New South Wales)  untuk mendistribusikan Windows 7 “mini netbooks” ke sekolah-sekolah. Berikut ini jawaban saya :

Dulu, saya menggunakan jaringan satelit untuk bekerja, menyediakan akses internet untuk banyak wilayah di NSW sebelum jaringan kabel tersedia secara luas (dan sampai saat ini pun masih belum mencakup seluruh wilayah). Kami memiliki banyak pelanggan dari sekolah-sekolah pedesaan dan pemerintah daerah. Kesulitan untuk mendapatkan fasilitas komputasi dan sumber internet di daerah terpencil (termasuk infrastruktur, pelatihan dll) tidaklah dapat dianggap sepele.

Pertama, ditinjau dari sudut pandang bisnis, bagaimana hal ini didanai, mengingat pemerintah sedang dalam keadaan finansial yang buruk dan telah banyak proyek lain disana sini ? Bagaimana alternatif yang dapat dipertimbangkan ? Bagaimana ia akan dievaluasi ? Apakah ada proses tender terbuka ?

Yang paling penting adalah apa yang dapat kita capai dari program ini. Sekedar membagikan komputer untuk setiap siswa tidak akan membantu apapun. Harus ada rencana yang jelas dan outcome yang didefinisikan dengan baik. Press rilis yang dibuat pemerintah tidaklah menyentuh hal itu sama sekali.

Apa peluang pembiayaan skema tersebut ? Mungkinkah sumber daya tersebut digunakan untuk menyediakan fasilitas yang lebih baik bagi anak-anak atau penghasilan guru yang lebih bagus ?

Ungkapan “era baru” menyiratkan adanya semacam perubahan besar ? Apakah hal tersebut sudah benar direncanakan dengan matang ?

Guru-guru telah berupaya keras untuk tetap mengikuti teknologi yang berkembang. Akankah mereka tetap diberikan pelatihan dan pendampingan terus menerus ?

Bagaimana perangkat tersebut akan diintegrasikan ke dalam kurikulum ? Bagaimana mereka bisa menjadi perangkat pembelajaran yang efektif bukan sekedar pelengkap yang mahal harganya.

Akankah fokus akan berpusat pada pengajaran atau pelatihan ? Saya adalah orang yang percaya bahwa sekolah seharusnya mendidik anak supaya pintar dan dapat berfikir mandiri, membangun dasar sosok kerja yang fleksibel. Mereka tidak dapat sekedar dilatih untuk mengingat fungsi dari versi tertentu suatu perangkat lunak. Pembelajaran menghafal tidak akan banyak berguna saat mereka lulus atau memasuki dunia kerja.

Akankah ada tambahan biaya yang dibutuhkan untuk menggunakan peralatan tersebut dengan baik ? Apakah ruang kelas cukup teraliri dengan listrik untuk digunakan dengan alat-alat itu ? Bagaimana dengan konektifitas jaringan ? Apakah diperlukan penambahan infrastruktur terkait dengan hal itu, termasuk hardware dan software untuk server, router dan lainnya.

Kenyataannya, tidak disebutkan keterangan seputar infrastruktur pendukung sama sekali. Bagaimana biaya “life-cycle” dari perangkat-perangkat tersebut, software, maintenance, infrastruktur dll ?

Siapa yang akan memiliki notebook tersebut ? Akankah siswa bebas untuk menjelajah dan belajar tentang komputer mereka, atau akankah ia dikunci ? Dapatkah mereka menginstall software apa saja yang mereka inginkan ? Akankah mereka menjadi tergantung pada aplikasi dan format file tertentu saja ?

Tidak disebutkan perangkat lunak apa aja yang akan diinstall di komputer ini. Sebuah sistem operasi tanpa aplikasi adalah tidak berguna. Akankah perangkat lunak yang ada cukup untuk meningkatkan kemampuan dan mengajar anak-anak kita ? Apakah perjanjian dengan pemasok perangkat lunak lain sudah dibuat pula ? Apakah akan ada biaya tambahan untuk mendapatkan perangkat lunak bagi pelajaran tertentu ? Siapa yang akan menanggung biaya tersebut – sistem sekolah ataukah orang tua ?

Apakah Open Source sudah dipertimbangkan pula ? Ada banyak perangkat lunak Open Source yang bekerja baik diatas Windows. Microsoft mungkin memberikan diskon untuk Windows, tapi apakah mereka melakukan hal yang sama untuk Microsoft Office yang mereka miliki ? Perangkat Lunak Office Open Source akan menjadi alternatif yang baik.

Bahkan jika anda percaya argumen kuno bahwa negara MESTI membeli Microsoft Office bagi setiap satu orang siswa yang ada (yang akan menghabiskan puluhan juta dollar), tidakkah akan lebih baik untuk memilih Open Office yang gratis dan menghabiskan jutaan dolar untuk untuk buku perpustakaan yang baru atau tempat tidur di rumah sakit ?

Saya tidak mengatakan bahwa Open Office adalah perangkat yang sama dengan MS Office, Open Office memiliki kelebihan di satu sisi dan kekurangan di sisi lain. Apakah menghabiskan sekian puluh juta dolar tidak akan sia-sia ? Apakah belajar MS Office 2003 di sekolah akan mampu menyiapkan anda untuk menggunakan Office 2007 (yang memiliki interface yang berbeda) ketika anda memasuki dunia kerja ? Saya pernah pula menulis tentang ini dalam tema “Teaching vs Training”.

Apakah komputer itu memiliki pula perangkat lunak grafis untuk kelas seni dan desain ? Apakah para pembayar pajak harus membayar untuk membeli lisensi Adobe Creative Suite bagi tiap orang ? Bagaimana jika kita menghemat ratusan dolar per siswa itu dengan menggunakan GIMP dan Inkscape saja ? Inipun hanya contoh, masih banyak perangkat lunak Open Source yang paralel dengan perangkat di dunia proprietary.

Saya merasa aneh, bahwa sebuah negara besar akan menggantungkan pendidikan anak-anak ini pada sistem operasi yang belum terbukti sama sekali kehandalannya. Seorang pembeli yang cerdas – bahkan orang yang membeli dalam skala besar – akan menunggu hingga sebuah perangkat lunak keluar dan diuji oleh pelanggan di seluruh dunia. Pengujian internal adalah satu hal tapi anda tidak dapat melawan pengalaman dan pengamatan di dunia nyata.

Suatu rilis awal pastilah memiliki kekurangan mendasar, dan akan menjadi lebih bijak jika anda menunggu sejenak setidaknya hingga service pack pertama diluncurkan, seperti yang dilakukan oleh banyak organisasi lain. Dapatkah anda membayangkan kemarahan yang muncul jika pemerintah NSW telah memutuskan untuk menggunakan Windows Vista padahal Windows Vista belum dirilis ? Kedengarannya mungkin akan bagus (Wow, kita mulai lebih awal) tapi setelah itu kerugian akan segera terungkap. Banyak orang saat ini yang bertahan di Windows XP, bahkan yang lain berpindah ke Linux dan MacOSX, sebagai respon dari keputusan negara menggunakan Vista.

Proyek OLPC telah dikenal dan telah teruji dalam berbagai masalah yang dihadapi. Proyek ini dilakukan melalui melalui kombinasi pengembangan hardware, software, infrastruktur, pelatihan, prosedur dan materi pelatihan. Adalah bijak jika kita belajar dari pengalaman mereka.

Semua revolusi mini netbook di proyek OLPC dimulai dengan Linux. Dimulai dengan laptop OLPC XO, Linux telah terbukti menjadi sistem operasi yang fleksibel dan kapabel untuk perangkat keras yang sederhana. Resistansinya terhadap virus dan serangan jaringan lainnya telah melegenda. Hal yang tidak saya inginkan ada di komputer anak saya adalah pengaruh dari tampilan-tampilan porno yang tidak pantas.  Perangkat lunak Anti virus dan anti malware adalah solusi pertolongan pertama saja. Saya tidak akan membangun sebuah kastil diatas sebuah rawa.

Secara komersial, perangkat seperti Asus Eee PC tidak dapat digunakan jika ia tidak menggunakan Lnux. Hal ini memaksa Microsoft untuk benar-benar berkompetisi, dengan memperbaiki Windows XP dan menempatkan harganya di level yang masuk akal.

Press rilis mengklaim bahwa skema ini bersifat “tidak paralel dengan pendidikan secara global”. Ada resiko yang dipertimbangkan ketika menjadi yang pertama di suatu hal. Saya sudah menjelaskan resiko penggunaan sistem operasi yang tidak terbukti kehandalannya. Adalah lebih bijaksana untuk belajar dan melihat dari skala pendidikan yang lebih besar.

Ambil contoh Republik Macedonia misalnya. Walaupun merupkan negara termiskin di Eropa, mereka menjadi satu-satunya negara yang yang memiliki program satu laptop per siswa. Mereka mencapainya lewat penggunaan Edubuntu, sebuah varian populer dari sistem operasi Ubuntu GNU/Linux yang dirancang untuk pendidikan dan pembelajaran. Dengan itu, mereka memiliki seperangkat software open source untuk pendidikan, yang semuanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa asli mereka.

Cerita yang sama bisa kita temui di Brazil, Rusia, India dan China. Yang secara kolektif dikenal sebagai negara-negara BRIC, yang dianggap sebagai negara yang terus tumbuh dan akan menjadi negara baru di beberapa dekade mendatang. Ekonomi mereka tumbuh dengan baik melampaui batas-batas yang ada, karena mereka dengan cerdas memilih investasi yang tepat. Negara-negara ini menempatkan pendidikan sebagai kunci bagi kesuksesan ekonomi jangka panjang.

Anda mungkin berkata, bahwa negara-negara tersebut miskin dan itulah mengapa mereka memilih open source. Benar adanya bahwa mereka adalah negara yang tidak memiliki banyak uang. Tapi apakah New South Wales juga memiliki banyak dana ? Bagaimana Australia ? Kemana anda hendak menghabiskan pajak anda ?

Terjemah Bebas oleh Pengelola Blog https://opensource.rezaervani.com

 

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*