Lomba 4 : Open Source Versus Penjajahan Software di Indonesia

Open Source Versus Penjajahan Software di Indonesia

Oleh : Bagus Kusuma Loka (Bandar Lampung)

Open Source, mungkin kata itu terdengar sangat asing bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Terlebih lagi pelajar yang baru mengenal komputer. Bahkan, bagi yang hobi bermain laptop, facebook, internet, kata itu mungkin masih terdengar asing. Kenapa bisa begitu?

Berasal dari kata Open dan Source, yang berarti Terbuka dan Sumber. Jika digabungkan, menjadi Sumber Terbuka. Jadi, Open Source sendiri adalah jenis aplikasi yang memperbolehkan penggunanya, men “obok-obok jeroan” dari aplikasi yang digunakan, tanpa harus takut melanggar hak cipta, dan itu didapatkan secara gratis. Dibandingkan dengan aplikasi yang berbayar, dimana pengguna hanya boleh menggunakan (tanpa diperbolehkan mengotak-atik isi) jika sudah membayar harga dari aplikasi itu. Inilah titik perbedaan terbesar dari penggunaan aplikasi Open Source versus aplikasi berbayar.

Kalau kita telaah lebih mendalam, paradigma selama ini lah yang membuat banyak dari kita, kawan kita, kerabat kita, yang tidak mengetahui apa itu Open Source dan terjajah untuk menggunakan aplikasi bajakan. Bagaimana tidak tahu dan terjajah, wong aplikasi yang dipake di komputer rumah saja masih menggunakan aplikasi berbayar, bahkan bisa jadi hasil cracking. Celakanya, institusi pendidikan justru dipaksakan untuk mengajarkan penggunaan aplikasi berbayar semenjak dari pendidikan dasar. Pengunaan aplikasi berbayar, bukan hanya mencederai hak cipta orang lain saja, tetapi bisa menjadikan ketergantungan yang nantinya malah menjadi penjajahan dibidang software. Ini bukti bahwa Indonesia masih terjajah. Terjajah menggunakan aplikasi berbayar secara ilegal, tanpa memikirkan cara membuat aplikasi tersebut.

Berikut bukti penjajahan yang terjadi di Indonesia tercinta. Negara dengan jumlah penduduk yang banyak, dengan potensi sumber daya manusia yang bisa diberdayakan, malah justru menjadi negara dengan tingkat pembajakan yang sangat tinggi, 87% !! Berarti dari 10 komputer yang ada, Cuma 1 komputer yang menggunakan aplikasi legal. Alih-alih negara agraris ingin menjadi negara IT, malah menjadi negara IT yang “membajak” aplikasi hak cipta orang lain. Padahal Indonesia sudah memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara IT. Dengan jumlah lulusan Teknik Informatika, Manajemen Informatika, dan sebagainya, yang sangat besar jumlahnya, bahkan jurusan komputer digadang-gadang menjadi salah satu jurusan dengan jumlah lulusan yang terbanyak diantara jurusan lainnya.  Tetapi, kenapa masih saja begini? Kita masih saja terjajah!!

Mungkin bisa kita mulai dengan diri kita sendiri, menggunakan software Open Source, lalu menularkannya kepada kerabat terdekat kita. Walau hal yang kita lakukan terkesan kecil dan tak ada gunanya, tetapi jika kita rajin, dan ikhlas, hasilnya akan berbuah manis. Selain mengurangi tingkat pembajakan di Indonesia, kita juga bisa belajar komputer dengan lebih enak dan mudah. Lho, kok mudah? Ya mudah lah, karena media pembelajaran dari aplikasi berbasis Open Source banyak bertebaran di Internet. Atau jika dirasa kurang, bisa berkonsultasi dengan komunitas Open Source. Bahkan jika anda beruntung, bisa berdiskusi langsung dengan pembuat aplikasinya. Tak ada salahnya jika kita terlambat mengetahuinya. Tetapi keikutsertaan kita yang menjadi sangat berharga bagi Indonesia. Agar nantinya terlepas dari cengkraman monopoli software yang selama ini terjadi. Jika pahlawan kita saja bisa melawan penjajah dengan alat seadanya, kenapa kita yang berada di era teknologi malah tidak bisa?! Merdeka!!

7 Comments

  1. “Padahal Indonesia sudah memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara IT. Dengan jumlah lulusan Teknik Informatika, Manajemen Informatika, dan sebagainya, yang sangat besar jumlahnya, bahkan jurusan komputer digadang-gadang menjadi salah satu jurusan dengan jumlah lulusan yang terbanyak diantara jurusan lainnya. Tetapi, kenapa masih saja begini? Kita masih saja terjajah!!”
    kita lihat dulu kurikulum yang ada di universitas, apa disana pakai product open source atau berbayar, gimana lulusannya mau makai open source dan menciptakan sesuatu yang bisa di banggakan kalau sejak kecil sampai kuliah udah di manjakan dengan program2 berbayar.
    semoga ini menjadi renungan saya.

  2. kalu PENDAPAT saya nhe, semua sebuah keterlanjuran dan kalah berkembangnya produk open source. Masalahnya emang aplikasi berbayar lah yang duluan hadir di komputer massa dan paling pesat berkembang (wajar, ada duitnya kok). Sedangkan yang open source hanya dipakai oleh sebagian orang yang telah mahir dan mengerti keunggulan aplikasi tersebut.
    Keterlanjuran yang saya maksud adalah lebih dulunya berkembang aplikasi berbayar yang notabene menghasilkan kesenangan dan kepuasan bagi usernya selama ini…. (illegal euphoria) hehehehe… just opinion….

  3. jadi bingung mau komen apa….haha

    tapi gw sependapat ma lu,….
    orang2 d skitar kita sekrang selalu memakai yang bajakan…..

    tp kalo kita mau beli yang mahal juga brew gx ada biaya jd cari yang murah2 ja…hehehe

Leave a Reply to baguskusumaloka Cancel reply

Your email address will not be published.


*