Artikel : Apakah Kita Masih Memerlukan FSF, GNU dan GPL ? (1)

Apakah Kita Masih Memerlukan FSF, GNU dan GPL ? (1)

Bagian ke-1 dari 4 Tulisan

Oleh : Glyn Moody (ComputerWorld.Uk & Heise.De)

Artikel Asli : http://www.h-online.com/open/features/Do-we-still-need-the-FSF-GNU-and-GPL-1258669.html

Terjemah Bebas dan Editing oleh Pengelola Blog http://tanyarezaervani.wordpress.com

Pengantar

Adalah mudah untuk menerima beragam hal begitu saja – mengasumsikan bahwa dunia akan tetap begitu adanya, tanpa perubahan. Tapi terkadang anda pun mendapatkan beberapa kejutan kecil. Beberapa informasi membuat anda harus sejenak menegakkan kepala dan berpikir ulang tentang pendapat-pendapat anda selama ini.

Salah satu berita yang menyentak itu dapat dibaca di SINI

Setelah membangun infrastruktur untuk menganalisa kode di suatu rilis Ubuntu, saya memutuskan untuk memenuhi rasa penasaran tentang berapa banyak sesungguhnya perangkat lunak GNU yang ada di sebuah distro saat ini. Saya ambil Ubuntu Natty (dirilis pada bulan April) sebagai contoh, menghitung LOC (baris kode)-nya dalam bentuk metrik kasar dan memasukkan hanya repository utama (main), yang merupakan inti dari distro tersebut, yang dipaketkan oleh Ubuntu dan bukan merupakan hasil pemaketan ulang dari Debian.

Gambar 1 menunjukkan total LOC di Ubuntu Natty yang dipecah ke dalam proyek-proyek utama yang membangunnya. Dalam metrik ini, perangkat lunak GNU ada sekitar 8 %. GNOME tidak saya masukkan ke kategori GNU karena tampaknya GNOME saat ini secara efektif berjalan diluar GNU tetapi jikapun mereka dimasukkan ke dalam GNU, maka jumlah totalnya adalah sekitar 13 %

Dan satu lagi di SINI

Berdasarkan grafik dari Black Duck, porsi proyek open source yang menggunakan lisensi yang termasuk keluarga GPL turun menjadi 61 % dari 70 % pada Juni 2008, sementara GPLv2 turun menjadi 45 % dari 58 % tiga tahun yang lalu.

Perlu dicatat bahwa jumlah proyek yang menggunakan lisensi GPL telah meningkat secara riil di beberapa tahun terakhir. Berdasarkan perhitungan kami yang didasarkan pada grafik Black Duck, jumlah proyek GPLv2 naik 5,5 % antara Juni 2009 dan Juni 2011, sementara jumlah total proyek open source naik diatas 16 %

….

Sebagai perbandingan jumlah proyek yang menggunakan lisensi Apache tumbuh 46 % selama dua tahun terakhir, sementara proyek dengan lisensi MIT tumbuh 152 %. Grafik Black Duck mengindikasi bahwa lisensi MIT menjadi yang paling tinggi pertumbuhannya, melompat dari 3,8 % pada semua proyek pada Juni 2009 menjadi 8,23 % saat ini, dan telah melewati Apache, BSD, GPLv3 dan LGPLv2.1.

***

Jadi, di satu sisi kita memiliki fakta bahwa GNU di GNU/Linux hanya terwakili oleh sedikit dari total kode dalam sebuah distro terkemuka (meskipun GNU pun ada di hampir seluruh kernel Linux). Sementara di sisi lain, jika Anda percaya angka-angka dari BlackDuck (yang memiliki beberapa kelemahan yang meragukan mengingat kurangnya metodologi yang transparan), penggunaan lisensi permisif tampaknya sedang berkembang pesat, sedangkan proporsi proyek yang memilih lisensi copyleft tampaknya terus turun hingga dibawah setengahnya.

Dengan menempatkan potongan-potongan informasi terpisah tadi bersama-sama, muncullah pertanyaan apakah ini menunjukkan semakin tidak relevan-nya pergerakan perangkat lunak bebas ? Padahal ia adalah sesuatu yang pernah saya asumsikan secara naif sebagi suatu keniscayaan di cakrawala komputasi.

Mari kita lihat tiga komponen yang terlibat dalam hal ini, yakni FSF, GNU and GPL.

Bersambung (rezaervani@gmail.com)

Berikutnya : LINUX, Dorongan Perangkat Lunak Alternatif dan Inspirasi FSF & GNU

5 Comments

  1. Gak tahu ya maksudnya apa, cuma…. amit-amit dah kalo gak pake linux. Apakah kita masih memerlukan zaman Jahiliyah (kebodohan), menggunakan Windows yang meracuni dan menistakan programmer. Saya berlindung kepada Tuhan dari yang begituan.
    Zaky saya setuju banget.

    shinjiyuubix, android low level engineer.

  2. adalah bodoh membandingkan kuantitas daripada kualitas ! Melupakan Esensial program dimana nyawa dari satu Unix-like base, gcc, dengan semua turunanya, dimana tanpa satu program ini, anda harus bayar royalti atau pajak bahkan paten seseorang !

  3. Perlu diakui juga sih sebelum ada linux, Om Linuz Torvalds kan mendapat inspirasi dari DOS juga ya kl ga salah. Akhirnya bikin Unix buyutnya Linux sekarang.
    Nah pointnya disini, jika mau Fully ke Opensource, menurut saya tdk perlu terlalu menghujat si Jendela itu. Biarlah sesuatu yang “bersih” tetap bersih terus, meskipun terlahir / terinspirasi dari Sumber yang sekarang mulai “kotor”. Hehe..it’s my opinion.

Leave a Reply to shinjiyuubix Cancel reply

Your email address will not be published.


*